Kamis, 23 Oktober 2025

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini 23 Oktober 2025 Diprediksi Fluktuatif

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini 23 Oktober 2025 Diprediksi Fluktuatif
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini 23 Oktober 2025 Diprediksi Fluktuatif

JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis, 23 Oktober 2025, diperkirakan berlangsung fluktuatif di tengah derasnya tekanan eksternal.

Meski sebelumnya sempat ditutup menguat tipis, analis memperingatkan potensi pelemahan rupiah masih cukup tinggi akibat kombinasi faktor global dan ketidakpastian geopolitik yang memengaruhi pasar keuangan dunia.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menutup perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025 dengan penguatan tipis sebesar 0,01 persen atau naik dua poin ke level Rp16.585 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS justru turut menguat 0,06 persen ke posisi 98,99. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa mata uang garuda masih menghadapi tekanan dari penguatan dolar dan dinamika global yang belum stabil.

Baca Juga

Livin Fest Medan 2025 Resmi Dibuka, Wadah Sinergi UMKM dan Sektor Produktif oleh Bank Mandiri

Faktor Eksternal Tekan Pergerakan Rupiah

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa perhatian utama pelaku pasar tertuju pada perkembangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara dijadwalkan melakukan pertemuan di Malaysia minggu ini untuk membahas peluang kesepakatan dagang baru. “Investor mencermati perkembangan perundingan perdagangan AS-China karena para pejabat dari kedua negara akan bertemu minggu ini di Malaysia,” ujar Ibrahim.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Senin juga menyampaikan harapan untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dengan Presiden China Xi Jinping, yang rencananya akan ditemui di Korea Selatan pekan depan. Harapan terhadap kesepakatan ini memberi napas positif bagi sebagian pasar, namun ketidakpastian arah negosiasi tetap menjadi faktor yang menahan pergerakan rupiah.

Selain itu, jadwal pertemuan puncak antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin yang ditunda bulan ini turut menambah ketidakpastian geopolitik global. Investor juga mencermati meningkatnya ketegangan antara AS dan Venezuela, salah satu produsen minyak terbesar dunia. “Serangan AS terhadap Venezuela di perairan internasional merupakan eskalasi yang berbahaya dan merupakan eksekusi di luar hukum,” kata sekelompok pakar independen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Selasa.

Situasi geopolitik yang memanas tersebut memperbesar kekhawatiran pasar terhadap stabilitas harga minyak dunia dan arus modal global, yang pada akhirnya berdampak pada tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Ketidakpastian di Amerika Serikat Jadi Sentimen Negatif

Selain ketegangan geopolitik, dinamika politik dalam negeri AS juga ikut memberi tekanan pada pasar global. Penutupan sebagian lembaga pemerintah AS telah memasuki hari ke-21 pada Selasa tanpa tanda-tanda akan berakhir. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi perlambatan aktivitas ekonomi di negara tersebut.

“Penutupan pemerintah AS memasuki 21 hari sampai pada hari Selasa tanpa tanda-tanda akan berakhir, yang memaksa beberapa lembaga penting untuk melakukan cuti,” kata Ibrahim. Penutupan ini dikhawatirkan berdampak terhadap kepercayaan investor dan aktivitas ekonomi di AS, sehingga mendorong pelaku pasar mencari aset aman seperti dolar.

Meski demikian, masih ada sedikit optimisme dari pihak Gedung Putih. Penasihat Senior Gedung Putih Kevin Hassett menyebut bahwa penutupan tersebut kemungkinan akan berakhir dalam waktu dekat. “Ia memperkirakan penutupan tersebut akan berakhir suatu saat di minggu ini,” ungkapnya. Pernyataan ini sedikit menenangkan pasar, namun belum cukup kuat untuk membalikkan arah penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Kebijakan BI Jadi Penopang Stabilitas Nilai Tukar

Dari dalam negeri, kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) menjadi perhatian utama pelaku pasar. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Rabu (22/10/2025), BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 4,75 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap di posisi 3,75 persen, sementara lending facility berada di 5,50 persen.

Keputusan BI ini dianggap konsisten dengan upaya menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar di tengah ketidakpastian eksternal. Ibrahim menilai langkah tersebut sejalan dengan proyeksi inflasi 2025 dan 2026 yang masih berada di kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen. “Keputusan ini konsisten atau sejalan dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5% plus minus 1%,” ujarnya.

BI juga diperkirakan akan tetap waspada terhadap potensi arus keluar modal asing akibat perbedaan kebijakan moneter global, terutama dari The Fed yang cenderung mempertahankan kebijakan ketatnya. Langkah hati-hati BI ini diharapkan dapat menjaga volatilitas rupiah agar tidak berlebihan di tengah tekanan eksternal yang masih kuat.

Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini

Mengacu pada kombinasi faktor global dan domestik tersebut, Ibrahim memproyeksikan bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi berisiko ditutup melemah pada perdagangan Kamis ini. “Seiring dengan sentimen-sentimen tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak fluktuatif tetapi berisiko ditutup melemah di rentang Rp16.580—Rp16.610 per dolar AS pada perdagangan hari ini,” tuturnya.

Dengan posisi dolar AS yang masih kuat dan ketidakpastian global yang belum mereda, pelaku pasar diimbau tetap berhati-hati dalam mengambil posisi. Investor disarankan untuk mencermati pergerakan indeks dolar dan kebijakan moneter bank sentral utama dunia, serta menunggu sinyal lanjutan dari negosiasi perdagangan AS-China yang bisa memengaruhi arah pasar valuta asing.

Secara umum, pelemahan rupiah masih bersifat terbatas selama fundamental ekonomi domestik tetap solid. Dukungan dari stabilitas inflasi, kebijakan moneter yang adaptif, serta cadangan devisa yang mencukupi menjadi faktor penting bagi ketahanan rupiah di tengah gejolak global. Namun, jika ketegangan politik global meningkat dan dolar AS terus menguat, tekanan terhadap mata uang domestik bisa kembali menguat menjelang akhir pekan.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

idxcarbon adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga Emas Perhiasan 23 Oktober 2025 Turun, Saat Tepat untuk Membeli?

Harga Emas Perhiasan 23 Oktober 2025 Turun, Saat Tepat untuk Membeli?

IHSG Berpeluang Rebound, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini 23 Oktober 2025

IHSG Berpeluang Rebound, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini 23 Oktober 2025

Cara Ajukan KUR BRI 2025, Syarat Mudah dan Simulasi Cicilan Lengkap

Cara Ajukan KUR BRI 2025, Syarat Mudah dan Simulasi Cicilan Lengkap

KUR Mandiri 2025 Tawarkan Pinjaman Rp150 Juta, Simak Syarat dan Cicilannya

KUR Mandiri 2025 Tawarkan Pinjaman Rp150 Juta, Simak Syarat dan Cicilannya

BI Jaga Stabilitas Ekonomi, Suku Bunga Tetap di 4,75 Persen

BI Jaga Stabilitas Ekonomi, Suku Bunga Tetap di 4,75 Persen