Emas Sentuh Rekor Tertinggi, Investor Berburu Aset Aman di Tengah Ketidakpastian Global
- Jumat, 17 Oktober 2025

JAKARTA - Kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi dunia kembali mendorong harga emas mencetak rekor baru.
Logam mulia yang dikenal sebagai aset safe haven itu melesat di tengah meningkatnya risiko kredit sektor keuangan, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve (The Fed), serta memanasnya hubungan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Menurut data Bloomberg pada Jumat, 17 Oktober 2025, harga emas spot naik 2,6% menjadi US$4.316,17 per troy ounce, sementara kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember juga menembus rekor baru di level US$4.328,70 per troy ounce. Sepanjang pekan ini, logam mulia tersebut sudah melonjak lebih dari 7% dan menembus level psikologis US$4.300 per ounce, melanjutkan reli tajam yang telah berlangsung sejak Agustus.
Kenaikan permintaan terhadap logam berharga tak hanya terjadi pada emas, tetapi juga pada perak yang turut menanjak ke rekor di atas US$54 per ounce. Tren ini menandakan bahwa pelaku pasar tengah mengalihkan dana mereka ke aset-aset yang dianggap aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Baca JugaHarga Emas Perhiasan Kian Berkilau, Sentuh Rp2,2 Juta per Gram
Krisis Kredit Picu Lonjakan Permintaan Safe Haven
Pasar keuangan global sempat terguncang setelah dua bank regional di AS melaporkan masalah kredit yang melibatkan dugaan penipuan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru mengenai ketahanan sistem keuangan dan kelayakan kredit sejumlah lembaga perbankan. Akibatnya, investor berbondong-bondong mencari perlindungan pada aset seperti emas dan perak, yang dinilai lebih stabil di tengah gejolak ekonomi.
Pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Harapan ini semakin kuat setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberikan sinyal bahwa bank sentral berada di jalur untuk menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada bulan ini. Ekspektasi terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar tersebut menjadi katalis utama yang memperkuat harga emas.
Sementara itu, sebagian pemerintahan AS masih menghadapi penutupan (government shutdown), sehingga beberapa data ekonomi penting tertunda rilisnya. Namun, analis menilai bahwa begitu data tersebut dipublikasikan, hasilnya kemungkinan menunjukkan pelemahan ekonomi yang semakin dalam — situasi yang secara historis justru memperkuat posisi emas karena aset ini tidak memberikan imbal hasil bunga dan dianggap lebih aman dalam kondisi pasar yang lemah.
Tensi Dagang dan Kebijakan Moneter Jadi Pendorong Utama
Selain isu keuangan, hubungan dagang antara AS dan China kembali memanas dan menambah tekanan terhadap pasar global. Ketegangan tersebut memperkuat posisi emas sebagai aset perlindungan utama, terutama ketika investor menilai risiko geopolitik dan ekonomi semakin sulit diprediksi.
Sejak awal 2025, harga emas telah melonjak lebih dari 60%, didorong oleh pembelian besar-besaran oleh sejumlah bank sentral dunia, arus masuk signifikan ke exchange-traded funds (ETF), serta meningkatnya permintaan terhadap aset aman. Kenaikan ini juga tak lepas dari kekhawatiran atas defisit fiskal AS yang terus melebar dan munculnya pandangan bahwa independensi The Fed mulai terganggu oleh tekanan politik.
“Tidak ada yang berubah bagi kami — sejak emas masih di kisaran US$2.000 per ounce, kami tetap bullish, dan semua faktor pendukungnya masih sama kuatnya,” ujar Michael Widmer, Kepala Riset Logam di Bank of America Corp. Ia menambahkan, arus masuk ETF pada bulan lalu melonjak 880% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, Widmer memperingatkan bahwa lonjakan ini berpotensi menandakan kondisi pasar yang terlalu panas (overheat) dan sulit dipertahankan dalam jangka panjang.
Pasar Perak Ikut Panas di Tengah Krisis Likuiditas
Kenaikan tajam harga emas turut diikuti oleh pergerakan signifikan di pasar perak. Di London, pasar perak dilaporkan mengalami kekurangan likuiditas yang cukup parah, memicu perburuan global terhadap logam tersebut. Kondisi itu membuat harga acuan perak melonjak melampaui harga kontrak berjangka di New York, menciptakan kesenjangan harga yang jarang terjadi.
Dalam sepekan terakhir, lebih dari 15 juta ons perak dilaporkan ditarik dari gudang-gudang yang terhubung dengan bursa Comex di New York. Sebagian besar stok itu diperkirakan dikirim ke London untuk mengatasi kelangkaan pasokan di pasar Eropa. Namun, arus masuk ke ETF yang mencapai hampir 11 juta ons dalam periode yang sama justru semakin memperketat ketersediaan logam tersebut di pasar fisik.
Fenomena ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap logam mulia tidak hanya datang dari investor individu, tetapi juga dari lembaga keuangan besar yang berupaya melindungi portofolio mereka dari volatilitas global. Dalam konteks yang lebih luas, emas dan perak kini kembali menjadi simbol ketidakpastian ekonomi dunia, di mana setiap gejolak finansial justru memperkuat nilai kedua logam berharga ini.
Emas Masih Jadi Aset Lindung Nilai Favorit Dunia
Lonjakan harga emas yang menembus US$4.300 per troy ounce menegaskan bahwa logam mulia ini masih memegang peranan penting sebagai aset lindung nilai global. Dengan ketidakpastian yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda — mulai dari potensi resesi di AS, inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, hingga konflik dagang internasional — para investor tampaknya belum berencana meninggalkan emas dalam waktu dekat.
Meskipun beberapa analis mengingatkan adanya potensi koreksi jangka pendek akibat reli yang terlalu cepat, arah jangka panjang masih mengindikasikan penguatan. Selama faktor fundamental seperti ketegangan geopolitik, risiko kredit, dan pelonggaran moneter terus berlangsung, harga emas diyakini akan tetap tinggi.
Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian, emas sekali lagi membuktikan reputasinya sebagai pelindung nilai sejati — aset yang tetap bersinar di saat pasar lain terpuruk.

Mazroh Atul Jannah
idxcarbon adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Update Harga BBM Pertamina Terbaru 17 Oktober 2025 Mulai Pertalite Hingga Pertamax
- Jumat, 17 Oktober 2025
Berita Lainnya
Satu Tahun Prabowo-Gibran, Purbaya Soroti Perbedaan Ekonomi SBY dan Jokowi
- Jumat, 17 Oktober 2025
The Fed Beri Sinyal Pemangkasan Suku Bunga di Tengah Pelemahan Tenaga Kerja
- Jumat, 17 Oktober 2025
Rekomendasi Saham Hari Ini: BRIS, BUMI, INKP, dan PANI Berpeluang Menguat
- Jumat, 17 Oktober 2025
Terpopuler
1.
2.
GTSI Tambah Kapal LNG untuk Manfaatkan Pasokan Global
- 17 Oktober 2025
3.
MUFG Pastikan Prospek Pembiayaan Hijau Asia Tetap Kuat
- 17 Oktober 2025
4.
Deswa Group Kembangkan Dewan Penasihat Medis untuk Asuransi
- 17 Oktober 2025