JAKARTA - Bagi banyak orang, sirup obat batuk menjadi solusi instan setiap kali gejala pilek atau tenggorokan gatal datang menyerang.
Rasanya manis, mudah diminum, dan efeknya sering kali cepat terasa. Namun, di balik kemudahan itu, ada sisi berbahaya yang jarang disadari: beberapa kandungan dalam sirup batuk ternyata bisa menimbulkan efek serius jika dikonsumsi tidak sesuai aturan atau disalahgunakan.
Badan kesehatan dunia seperti FDA (Food and Drug Administration) telah mengeluarkan berbagai peringatan mengenai bahan aktif tertentu dalam sirup batuk yang berpotensi berbahaya. Jika dosisnya berlebihan, atau dikonsumsi oleh orang yang tidak tepat — terutama anak-anak — efeknya bisa berujung fatal.
Dilansir dari Times of India, beberapa zat berikut ini termasuk yang paling sering ditemukan dalam sirup batuk dan perlu diwaspadai penggunaannya.
Daftar Kandungan Sirup Batuk yang Berisiko Tinggi
a. Dekstrometorfan (Dextromethorphan atau DXM)
Zat ini adalah penekan batuk (cough suppressant) yang banyak digunakan dalam obat batuk non-resep. Secara medis, DXM aman bila dikonsumsi dalam dosis yang dianjurkan.
Namun, dalam dosis tinggi, DXM dapat bertindak sebagai halusinogen disosiatif yang memengaruhi sistem saraf pusat.
Fenomena penyalahgunaan DXM bahkan memiliki istilah tersendiri, yaitu “robotripping.” Efeknya antara lain pusing, kebingungan, halusinasi, denyut jantung cepat, hingga depresi pernapasan yang sangat berbahaya jika dosisnya ekstrem.
b. Kodein (Codeine)
Kodein berfungsi sebagai penekan batuk dan pereda nyeri narkotik yang penggunaannya harus berdasarkan resep dokter. Zat ini tergolong opioid, yang memiliki risiko tinggi menyebabkan ketergantungan dan kecanduan.
Jika dikonsumsi berlebihan, kodein bisa memicu kantuk ekstrem, kesulitan bernapas, hingga kematian. Risiko meningkat tajam bila dicampur dengan alkohol atau obat-obatan lain. Karena itulah, FDA dan WHO telah melarang penggunaan obat batuk berkodein untuk anak-anak di bawah 12 tahun dan menyarankan pengawasan ketat pada remaja.
c. Guaifenesin
Sebagian besar sirup batuk juga mengandung guaifenesin, zat ekspektoran yang membantu mengencerkan lendir agar mudah dikeluarkan. Meski tergolong aman, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan mual, muntah, dan gangguan pencernaan.
Bila dikombinasikan dengan kafein atau alkohol, efeknya dapat memperburuk dehidrasi, yang justru memperparah kondisi tubuh saat sedang sakit.
d. Diethylene Glycol
Menurut National Institutes of Health (NIH), Diethylene Glycol (DEG) merupakan cairan tak berwarna dan tak berbau yang lazim digunakan untuk keperluan industri, bukan konsumsi manusia.
Zat ini bisa sedikit beracun bila tertelan, dan dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, serta selaput lendir. Jika masuk ke tubuh, efeknya bisa sangat berbahaya, mulai dari kebingungan, kejang, gangguan metabolik, hingga kematian jika tidak segera diobati. Gejala keracunan biasanya muncul dalam waktu 24–72 jam setelah konsumsi.
Beberapa kasus tragis di berbagai negara menunjukkan betapa berbahayanya zat ini jika tercampur ke dalam produk obat sirop secara tidak sengaja.
e. Promethazine & Diphenhydramine
Kedua bahan ini termasuk antihistamin yang sering ditambahkan untuk meredakan gejala alergi seperti bersin dan hidung meler. Walau umum digunakan, keduanya dapat menyebabkan kantuk berat yang berisiko bagi pengguna kendaraan atau operator mesin.
Lebih parah lagi, kombinasi promethazine dan kodein sering disalahgunakan secara rekreasional dalam bentuk minuman campuran yang dikenal sebagai “purple drank.” Efek euforianya berbahaya dan bisa menyebabkan ketergantungan.
Tips Aman Memilih dan Menggunakan Sirup Batuk
Kesalahan terbesar banyak orang bukan hanya pada jenis obat yang dipilih, tapi pada cara penggunaannya. Agar tidak terjebak dalam risiko penyalahgunaan obat, ada beberapa langkah aman yang wajib diperhatikan setiap kali mengonsumsi sirup batuk:
Baca label dengan cermat. Pastikan Anda memahami bahan aktif di dalamnya, termasuk dosis yang disarankan dan efek samping yang mungkin muncul.
Hindari produk tanpa kejelasan kandungan. Jika pada label terdapat istilah bahan aktif yang tidak dikenal (ADV) atau tidak lazim, sebaiknya hindari dan konsultasikan dengan apoteker.
Jangan melebihi dosis anjuran. Dosis berlebih tidak mempercepat kesembuhan, justru bisa memicu efek toksik dan ketergantungan.
Konsultasikan ke dokter untuk anak kecil. Obat batuk dengan kandungan kodein atau DXM tidak disarankan untuk anak di bawah usia 12 tahun tanpa resep dokter.
Hentikan pemakaian jika muncul reaksi aneh. Bila sirup terasa terlalu manis, terlalu pekat, atau menimbulkan efek yang tidak biasa seperti pusing atau kantuk berat, segera hentikan pemakaian dan hubungi tenaga medis.
Selain itu, BMKG dan lembaga kesehatan di berbagai negara terus menekankan pentingnya pengawasan terhadap peredaran obat sirop, terutama setelah berbagai kasus kematian anak yang terkait dengan kandungan berbahaya dalam obat batuk.
Sirup obat batuk memang menjadi solusi cepat untuk mengatasi batuk dan pilek, tetapi keselamatan pengguna tetap menjadi prioritas utama. Kandungan seperti kodein, DXM, promethazine, hingga Diethylene Glycol bukan hanya menimbulkan efek samping, tetapi juga dapat berujung fatal bila disalahgunakan.
Langkah sederhana seperti membaca label, mengikuti dosis, dan berkonsultasi dengan dokter bisa menjadi pembeda antara pengobatan yang aman dan risiko kesehatan yang serius. Bijaklah dalam memilih dan menggunakan obat batuk — karena tidak semua yang terasa manis itu menyehatkan.