Mendagri Tegaskan Inflasi Terkendali, Pemda Diminta Waspada

Selasa, 14 Oktober 2025 | 09:04:35 WIB
Mendagri Tegaskan Inflasi Terkendali, Pemda Diminta Waspada

JAKARTA - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengingatkan pemerintah daerah untuk tetap waspada meski kondisi inflasi secara nasional tergolong terkendali.

Menurut Tito, upaya antisipatif menjadi kunci agar inflasi tetap stabil hingga akhir tahun, terutama di tengah kenaikan harga beberapa komoditas pangan utama. “Inflasi masih dalam kategori terkendali, tapi perlu diwaspadai karena ada peningkatan di beberapa komoditas utama, terutama pangan,” ujar Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Gedung Kemendagri, Jakarta, Senin, 13 Okrober 2025.

Inflasi Nasional Meningkat, Cabai dan Ayam Jadi Pemicu

Tito menjelaskan, inflasi nasional pada September 2025 mengalami kenaikan dari 2,31 persen menjadi 2,65 persen secara tahunan (year-on-year). Sementara inflasi bulanan (month-to-month) tercatat naik 0,21 persen dibanding Agustus 2025. Kenaikan ini dipicu oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.

Khususnya komoditas pangan, harga cabai merah dan daging ayam ras tercatat mengalami lonjakan di banyak daerah. Tito menekankan, kenaikan harga cabai merah disebabkan distribusi hasil panen yang belum optimal di sejumlah daerah penghasil, misalnya di Sumatera Utara. “Masalahnya bukan di produksi, tetapi di distribusi. Misalnya di Sumatera Utara, inflasi naik karena harga cabai merah tinggi, padahal pusat produksinya di Brastagi. Jadi, perlu solusi agar distribusinya lebih lancar,” ujarnya.

Selain cabai, harga ayam ras juga meningkat akibat penyesuaian harga dari Kementerian Pertanian untuk melindungi peternak yang menghadapi kenaikan ongkos produksi. “Kementerian Pertanian menaikkan sedikit harga ayam ras untuk melindungi peternak, karena mereka mengalami kenaikan ongkos produksi,” kata Tito.

Pemda Didorong Gerakan Menanam Cabai Demi Stabilitas Harga

Untuk menekan inflasi pangan, Tito mendorong pemerintah daerah mengajak masyarakat menanam cabai di komunitas maupun pekarangan rumah. Tanaman ini tergolong mudah dibudidayakan dan cepat dipanen, sehingga dapat membantu menstabilkan harga di pasar. “Kalau masyarakat mau menanam cabai di komunitas masing-masing, hasilnya cepat dipanen dan bisa bantu menekan harga di pasar,” jelas Tito.

Badan Pusat Statistik mencatat, 514 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga cabai merah, sedangkan 189 daerah mencatat kenaikan harga ayam ras, dan 192 daerah mengalami kenaikan harga telur ayam ras. Tito menekankan pemda harus aktif memantau harga pasar dan menjaga kelancaran rantai pasok. “Harga ayam boleh naik untuk melindungi peternak, tapi tetap harus terkendali. Jangan sampai kenaikannya menekan daya beli masyarakat,” ujarnya.

Beras Stabil, Fokus Inflasi pada Tiga Komoditas Utama

Sementara itu, stok dan harga beras nasional tercatat relatif stabil. Hanya 59 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga beras, sedangkan sebagian besar wilayah justru menunjukkan penurunan. “Alhamdulillah, ketersediaan beras nasional cukup baik. Insya Allah sampai akhir tahun tidak perlu impor karena kita sedang menuju swasembada beras,” kata Tito.

Tito menegaskan, sumber inflasi utama saat ini masih berasal dari tiga komoditas, yakni cabai merah, daging ayam ras, dan emas. Pemda bersama kementerian terkait diminta bekerja kolaboratif untuk menjaga stabilitas harga di ketiga sektor tersebut. “Cabai bisa diatasi lewat gerakan menanam, ayam harus dijaga agar harganya stabil, dan untuk emas perlu kebijakan di tingkat pusat. Kalau tiga sektor ini kita kelola bersama, inflasi bisa tetap rendah,” ujar Tito.

Dengan langkah antisipatif yang tepat, termasuk pengawasan distribusi, gerakan menanam cabai, dan penyesuaian harga ayam, pemerintah optimis inflasi hingga akhir tahun 2025 dapat tetap terkendali. Tito menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan masyarakat.

Terkini