JAKARTA - Pupuk asal Indonesia memiliki potensi untuk diminati masyarakat di Arab Saudi, terutama dengan adanya program Saudi Green dalam visi Arab Saudi 2030.
Adapun, Program Saudi Green merupakan program konservasi alam yang bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan hijau, seperti menanam pohon dan membuat taman. Hal ini tentunya merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk pupuk maupun nonpupuk.
Untuk memanfaatkan program Green Saudi ini, Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan Riyadh memfasilitasi pertemuan bisnis yang dilakukan secara virtual antara Senior Vice President of Internal Control Committee PT Petrokimia Gresik, I Gusti Putu Raka Arthama dengan Pemilik Al Mahalliah Trading & Agri Co.Id Arab Saudi, Abdul Aziz M Al Telas pada Rabu (9/8/2023).
“Pupuk Indonesia berpotensi semakin diminati masyarakat Arab Saudi. Dengan adanya pertemuan bisnis ini diharapkan akan memperkenalkan produk pupuk Indonesia ke Arab Saudi. Selanjutnya, Atdag Riyadh juga akan memfasilitasi rencana PT Pupuk Indonesia untuk melakukan ekspor produk pupuk nonbersubsidi dan produk nonpupuk (surfactan) ke Arab Saudi,” ujar Atdag Riyadh Gunawan dalam rilisnya, Sabtu (2/9/2023).
Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad menyampaikan, pertemuan bisnis ini merupakan upaya konkret untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi dunia. “Pertemuan ini diharapkan dapat meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia ke Arab Saudi, khususnya produk pupuk dan nonpupuk nonsubsidi,” urainya pada kesempatan terpisah.
Gunawan menjelaskan, berdasarkan data statistik perdagangan, Indonesia mengekspor produk pupuk ke Arab saudi sejak dua tahun lalu, yaitu pada 2022 sebesar USD 83 ribu dan pada 2021 sebesar USD 179 ribu. “Nilai ekspor ini kecil dan terbatas pada produk mineral atau pupuk kalium kimia (chemical potassic fertilisers) saja,” tambah Gunawan.
Pada tiga tahun terakhir, Arab Saudi mengimpor produk pupuk dari seluruh dunia, yaitu pada 2022 sebesar USD 165,89 juta, pada 2020 sebesar USD 101,95 juta, dan pada 2021 sebesar 116,68 juta. Jenis pupuk yang diimpor Arab Saudi yaitu pupuk kalium mineral atau kimia (mineral or chemical potassic fertilisers), pupuk hewani atau nabati (animal or vegetable fertilisers), pupuk mineral atau kimia fosfat (mineral or chemical phosphatic fertilisers), pupuk miner al atau kimia yang mengandung dua atau tiga unsur pemupukan nitrogen (mineral or chemical fertilisers containing two or three of the fertilising elements nitrogen), dan pupuk nitrogen mineral atau kimia (mineral or chemical nitrogenous fertilisers).
Negara-negara pemasok pupuk ke Arab Saudi berdasarkan data tahun 2021 yaitu Jordania (USD 45,63 juta), Mesir (USD 19,57 juta), Jerman (USD 9,74 juta), Belgia (USD 8,42 juta), Tiongkok (USD 7,97 juta), Spanyol (USD 6,266 juta), Swedia (USD 3,60 juta), Belanda (USD 3,15 juta), Rusia (USD 2,04 juta), dan Amerika Serikat (USD 1,88 juta). Indonesia merupakan pemasok pupuk ke Arab Saudi nomor 28 di bawah Malaysia (USD 243 ribu) dan Australia (USD 137 ribu).
Sementara itu, ekspor pupuk Indonesia ke seluruh dunia dalam lima tahun terakhir terus meningkat. Pada 2022 sebesar USD 1,18 miliar, pada 2021 sebesar USD 863,68 juta, pada 2020 sebesar USD 701,62 juta, 2019 sebesar USD 588,46 juta, serta pada 2018 sebesar USD 406,04 juta.