Sinergi Pemajuan Kebudayaan Gorontalo Dorong Ekonomi Kreatif Lokal

Kamis, 16 Oktober 2025 | 15:46:31 WIB
Sinergi Pemajuan Kebudayaan Gorontalo Dorong Ekonomi Kreatif Lokal

JAKARTA - Gorontalo menjadi pusat perhatian dalam upaya pemajuan kebudayaan nasional ketika Menteri Kebudayaan Fadli Zon hadir sebagai pembicara kunci dalam Dialog Budaya bertajuk “Kebudayaan dan Identitas Nasional: Merajut Persatuan dalam Keberagaman”.

Acara yang digelar di Hotel Aston Gorontalo ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga wadah kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat ekosistem budaya daerah. Forum ini juga menyediakan kesempatan bagi pelaku budaya dan seniman setempat untuk menyampaikan aspirasi dan mendapatkan dukungan konkret dari pemerintah pusat.

Kekayaan Budaya Gorontalo sebagai Inspirasi dan Modal Ekonomi

Dalam sambutannya, Fadli Zon memuji kekayaan budaya Gorontalo yang berakar kuat dan terus berkembang mengikuti dinamika zaman. Ia menekankan bahwa ekspresi budaya lokal seperti tari Folo Palo, tari kreasi baru, dan pertunjukan Lohidu mencerminkan Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang luar biasa. Menurut Fadli, keberadaan kekayaan budaya ini harus dijadikan pijakan untuk mengembangkan industri budaya sekaligus memperkuat identitas nasional.

“Kami berharap melalui Kementerian Kebudayaan, kita dapat menstimulasi pemajuan kebudayaan di Gorontalo, baik warisan budaya berwujud maupun tak berwujud, serta seni dan ekspresi budaya kontemporer, seperti film dan musik. Semua unsur budaya perlu kita kelola bersama, termasuk bahasa, tradisi, hingga pop culture, agar dapat menjadi kekuatan ekonomi dan industri budaya,” jelas Fadli. Pernyataan ini menegaskan pentingnya pengelolaan budaya sebagai bagian dari strategi ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

Restorasi Benteng Otanaha dan Revitalisasi Kawasan Budaya

Fadli juga menyoroti kemajuan proyek pemugaran Benteng Otanaha, salah satu ikon sejarah Gorontalo yang tengah direstorasi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII. Upaya ini mencakup renovasi bagian benteng yang longsor, penataan tangga agar lebih aman, dan pembangunan teras pandang. Selain itu, area dalam benteng akan dimanfaatkan untuk pementasan budaya tanpa merusak situs, menjadikannya ruang publik yang fungsional dan edukatif.

Menurut Fadli, pengembangan kawasan Benteng Otanaha tidak hanya fokus pada pelestarian sejarah, tetapi juga penguatan ekonomi masyarakat sekitar. “Ekosistem di kawasan itu juga harus dihidupkan, misalnya dengan menghadirkan kafe, toko cinderamata, atau koperasi masyarakat sehingga kawasan Benteng Otanaha menjadi hidup dan memberi manfaat ekonomi bagi warga sekitar,” tambahnya. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi lokal dapat berjalan seiring.

Dukungan Anggaran dan Program Pemajuan Kebudayaan

Terkait pendanaan, Kementerian Kebudayaan menyiapkan intervensi anggaran stimulus untuk mendukung program pemajuan kebudayaan di Gorontalo. Dukungan ini mencakup pemugaran situs sejarah, penguatan museum, taman budaya, dan program edukasi seni seperti Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS). Nilai dukungan anggaran untuk setiap kegiatan bisa mencapai Rp 2 miliar, dengan harapan tercipta sinergi yang optimal bersama pemerintah daerah.

“Program seperti GSMS, Belajar Bersama Maestro, hingga Manajemen Talenta Seni dan Budaya terus kita dorong agar generasi muda makin dekat dengan akar kebudayaannya,” tutur Fadli. Langkah ini diharapkan memperkuat regenerasi seniman dan budaya lokal, sekaligus menciptakan kesadaran akan pentingnya pelestarian dan inovasi dalam industri kreatif.

Kolaborasi Lintas Sektor dalam Dialog Budaya

Dialog budaya di Gorontalo ini dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo Rusli Wahyu Dewey Nusi, serta para bupati dan wali kota. 

Dari Kementerian Kebudayaan, hadir pula Staf Khusus Menteri Bidang Protokoler dan Rumah Tangga Rachmanda Primayudha, Sekretaris Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan Insan Abdirrohman, serta Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVII Sri Sugiharta.

Dua narasumber utama, Romy A. Isa, M.Pd.H., dan Dr. Harto S. Malik, M.Hum., menyampaikan materi yang membahas kehidupan masyarakat dalam keberagaman dan regenerasi budaya lokal di era media sosial. Kehadiran para akademisi, budayawan, seniman, tokoh adat, tokoh agama, dan kepala sekolah menunjukkan upaya kolaboratif dalam mendorong partisipasi berbagai pihak.

Forum ini menjadi contoh nyata bagaimana dialog budaya dapat menjadi instrumen penguatan identitas lokal sekaligus membuka peluang ekonomi kreatif. Dengan sinergi lintas sektor, Gorontalo berpotensi menjadi model pengembangan budaya yang berkelanjutan, relevan dengan era kontemporer, dan memberi manfaat langsung bagi masyarakat.

Terkini