JAKARTA - Sebagai aktor kunci dalam percepatan transisi energi di Indonesia, PLN Indonesia Power (PLN IP) menunjukkan komitmen berkelanjutan dalam inovasi energi terbarukan dengan menambahkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Nusa Penida. Langkah ini tidak hanya mendukung pariwisata di Bali dengan energi bersih, tetapi juga sebagai bagian dari upaya mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 dan menjalankan bisnis yang selaras dengan aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG).
Saat ini, Nusa Penida Bali telah memiliki PLTS Hybrid dengan kapasitas 3,5 MWac. Dalam rencana jangka menengah, kapasitas listrik di Nusa Penida akan ditingkatkan dengan tambahan 14,5 MW pembangkit hijau yang terdiri dari PLTS dan PLTB yang dilengkapi dengan teknologi Battery Energy Storage System (BESS). PLTS diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2025, diikuti oleh PLTB pada tahun 2026.
Pengembangan sistem kelistrikan Nusa Penida mendapat dukungan dari Komisi VII DPR RI dalam kunjungan kerja spesifik di Bali. Ketua tim kunjungan, Sugeng Suparwanto, menyatakan bahwa PLTS Hybrid Nusa Penida bukan hanya ikon KTT G20 pada November 2022, tetapi juga menandai komitmen bersama dalam transisi energi.
"Pembangunan PLTS ini tidak hanya simbolik, tetapi berkelanjutan. Kita menuju Net Zero Emission karena sebagai bangsa besar, kita berkomitmen melestarikan bumi dari pemanasan global yang semakin terasa dampaknya," ujar Sugeng.
Menurut Sugeng, PLTS di Nusa Penida adalah langkah awal strategis dalam transisi energi menuju energi terbarukan. Meski kontribusinya masih kecil dibandingkan kebutuhan listrik Bali secara keseluruhan, di Nusa Penida akan ada penghematan besar dan penurunan emisi signifikan, menjadikannya contoh terbaik transisi energi dengan PLTS.
PLTS Hybrid Nusa Penida memiliki peran strategis untuk menyuplai listrik ke Pulau Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida yang memiliki luas total 209,4 km2 dan 21.238 pelanggan. Pada tahun 2024, direncanakan penambahan mesin pembangkit berkapasitas 4 MW untuk meningkatkan keandalan dan pelayanan.
Komisi VII DPR RI mendukung pengembangan energi bersih di Indonesia dengan membuat regulasi terkait energi terbarukan untuk mendukung inisiatif transisi energi.
"Kami segera menyelesaikan Undang-Undang terkait energi terbarukan sebagai kepastian hukum di Indonesia," tambah Sugeng.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, juga mendukung penyusunan regulasi ketenagalistrikan melalui Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), yang disusun untuk mendukung target NZE hingga 2060.
"Saat ini, RUKN sedang disusun dan membahas bagaimana mencapai net zero emission 2060 dengan mengonversi pembangkit fosil menjadi sumber energi terbarukan," kata Jisman.
PT PLN (Persero), sebagai induk dari PLN Indonesia Power, berkomitmen mendukung pemerintah dalam program transisi energi menuju NZE melalui peningkatan kapasitas pembangkit dengan teknologi bersih untuk mendukung pertumbuhan konsumsi listrik sebagai pendorong perekonomian Indonesia.
Pengembangan PLTS di Nusa Penida adalah bagian dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Persero 2021-2030, yang dikenal sebagai RUPTL Paling Hijau karena 52% pembangkit listrik yang akan dibangun memanfaatkan energi terbarukan.
Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero), Wiluyo Kusdwiharto, menyatakan dalam RUPTL Paling Hijau, porsi pembangunan pembangkit EBT sebesar 20,9 GW, dengan 5,2 GW berasal dari PLTS dan PLTB.
"Komitmen menghadirkan energi bersih dibuktikan dengan penurunan emisi CO2. Pada 2023, PLN berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 52,3 juta ton, turun dari 335 juta ton menjadi 283 juta ton CO2," ungkap Wiluyo.
PLN Indonesia Power siap mendukung program transisi energi di Indonesia. Direktur Operasi Pembangkit Gas PT PLN Indonesia Power, Djoko Mulyono, menyatakan bahwa PLN Indonesia Power akan terus mengejar target bauran energi terbarukan melalui pengembangan pembangkit hijau di Nusa Penida.
"PLN Indonesia Power bersama PT PLN (Persero) telah menyusun roadmap pengembangan PLTS di Nusa Penida hingga 2029 dengan peningkatan kapasitas dan pembaruan teknologi. Kami akan terus mengawal proyek ini sampai akhir," ujar Djoko.
Senior Manager PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali, I Made Harta Yasa, menegaskan bahwa PLN IP UBP Bali mendukung penuh roadmap pengembangan sistem Nusa Penida dengan energi bersih untuk mencapai target bauran energi terbarukan.
"Dengan pengembangan PLTS di Nusa Penida, tidak hanya mendukung target NZE nasional, tetapi juga Bali NZE yang ditargetkan pemerintah Bali lebih cepat 15 tahun dari target nasional, yaitu pada 2045," ungkap Made.
PLN Indonesia Power melalui Unit Bisnis Pembangkitan Bali terus mendukung kebijakan dan target pemerintah Bali dalam mencapai NZE 2045 dengan mengembangkan potensi energi terbarukan di Bali. Selain karena Bali memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah, Bali juga merupakan salah satu destinasi wisata terfavorit di dunia yang terus menjadi sorotan internasional. Dengan berkembangnya energi bersih di Bali, Indonesia menunjukkan komitmen dalam mewujudkan Net Zero Emission dan meningkatkan citra baik di kancah internasional.