JAKARTA - PLN Indonesia Power (PLN IP) sedang fokus memaksimalkan penggunaan biomassa sebagai pengganti batubara dalam bahan bakar PLTU (cofiring). Mereka tidak hanya memperkuat produksi biomassa dari sumber Hutan Tanaman Energi (HTE), tetapi juga menjalin kemitraan dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) untuk mengoptimalkan rantai pasokannya.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendiarti, pemerintah berkomitmen dalam mengalihkan industri batubara ke energi terbarukan. Hal ini ditunjukkan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM No 12 Tahun 2023 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Biomassa sebagai Campuran Bahan Bakar pada PLTU, yang diumumkan saat COP 28 di Dubai.
Pemanfaatan biomassa kayu dalam transisi energi tidak hanya memerlukan pengembangan infrastruktur, tetapi juga upaya pemberdayaan masyarakat, diseminasi kebijakan, dan penetapan standar produk yang berkelanjutan.
PLN Indonesia Power, sebagai Subholding Pembangkitan PLN yang menerapkan cofiring, telah mengembangkan rantai pasok biomassa berbasis kayu. Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa mereka telah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk petani lokal, untuk mengembangkan program HTE. Melalui kerja sama ini, mereka telah mengalokasikan lahan yang signifikan untuk penanaman HTE.
PLN Indonesia Power terus mengoptimalkan potensi HTE sebagai bagian dari dukungan mereka terhadap transisi energi di Indonesia. Mereka juga telah menjalin kerja sama dengan kelompok tani hutan di berbagai wilayah, menunjukkan komitmen mereka dalam memperluas dampak positif program ini.
Hanafi Nur Rifai, Direktur Operasi Pembangkit Batubara PLN Indonesia Power, menyebutkan bahwa saat ini mereka telah berhasil menerapkan cofiring di beberapa unit PLTU dan sedang mempersiapkan peningkatan lebih lanjut. Infrastruktur tambahan, termasuk HTE, juga sedang dipersiapkan untuk menjamin kelangsungan pasokan biomassa.