JAKARRTA - PLN Indonesia Power (PLN IP) kembali menunjukkan komitmennya dalam mempercepat transisi energi di Indonesia dengan mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Nusa Penida. Selain mendukung pariwisata Bali dengan energi bersih, langkah ini juga bertujuan untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 serta menerapkan proses bisnis yang selaras dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Saat ini, Nusa Penida memiliki PLTS Hybrid dengan kapasitas 3,5 MWac. Rencana jangka menengah mencakup penambahan pembangkit hijau sebesar 14,5 MW, termasuk PLTS dan PLTB yang dilengkapi dengan teknologi Battery Energy Storage System (BESS). PLTS direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2025, disusul oleh PLTB pada tahun 2026.
Rencana ini mendapat dukungan dari Komisi VII DPR RI selama Kunjungan Kerja Spesifik di Bali. Ketua tim, Sugeng Suparwanto, menyatakan bahwa PLTS Hybrid Nusa Penida bukan hanya simbol, tetapi juga menunjukkan komitmen dalam transisi energi menuju NZE. Sugeng menegaskan bahwa proyek ini akan mengurangi emisi dan memberikan pengalaman praktis dalam menggantikan energi fosil dengan energi terbarukan.
PLTS Hybrid Nusa Penida memainkan peran penting dalam memasok listrik ke tiga pulau: Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida, dengan total wilayah 209,4 km² dan 21.238 pelanggan. Pada tahun 2024, direncanakan penambahan pembangkit berkapasitas 4 MW untuk meningkatkan keandalan dan layanan.
Komisi VII DPR RI berkomitmen menyelesaikan Undang-Undang terkait EBT untuk memastikan kepastian hukum. Selain itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, mendukung regulasi ketenagalistrikan melalui Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), yang akan membahas pencapaian NZE 2060.
PT PLN (Persero), sebagai induk dari PLN Indonesia Power, mendukung pemerintah dalam program transisi energi melalui peningkatan kapasitas pembangkit dengan teknologi bersih. Pengembangan PLTS di Nusa Penida adalah bagian dari Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, yang dikenal sebagai RUPTL Paling Hijau karena 52% pembangkit listriknya memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero), Wiluyo Kusdwiharto, menyatakan bahwa dalam RUPTL Paling Hijau, pembangunan pembangkit EBT sebesar 20,9 GW termasuk 5,2 GW untuk PLTS dan PLTB. Pada tahun 2023, PLN berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 52,3 juta ton, dari 335 juta ton menjadi 283 juta ton, sebagai bagian dari upaya menuju NZE 2060.
PLN Indonesia Power, bersama dengan PT PLN (Persero), siap mendukung program transisi energi di Indonesia. Direktur Operasi Pembangkit Gas PT PLN Indonesia Power, Djoko Mulyono, menegaskan bahwa PLN IP akan terus mengejar target bauran EBT melalui pengembangan pembangkit hijau di Nusa Penida.
Senior Manager PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali, I Made Harta Yasa, menyatakan bahwa pengembangan PLTS di Nusa Penida tidak hanya mendukung target NZE nasional tetapi juga target Bali NZE pada tahun 2045, lebih cepat 15 tahun dari target nasional. Dengan potensi energi terbarukan yang melimpah, Bali sebagai destinasi wisata internasional menunjukkan komitmen Indonesia dalam mewujudkan NZE dan memperkuat citra baik di kancah internasional.