JAKARTA - PLN Indonesia Power (PLN IP) terus meningkatkan penggunaan biomassa sebagai alternatif batubara dalam bahan bakar PLTU (cofiring). Untuk mendukung hal ini, PLN Indonesia Power juga fokus pada pengembangan rantai pasok biomassa dari sumber-sumber seperti Hutan Tanaman Energi (HTE) dan berkolaborasi dengan Kelompok Tani Hutan (KTH).
Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan di Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), menyatakan bahwa pemerintah turut aktif dalam menggalang regulasi terkait pemanfaatan biomassa sebagai campuran bahan bakar di PLTU. Langkah ini menjadi sinyal serius dari Indonesia dalam beralih ke energi terbarukan.
Lebih lanjut, Nani menggarisbawahi perlunya pendekatan holistik dalam memanfaatkan biomassa, termasuk pemberdayaan masyarakat, penyebarluasan informasi, advokasi kebijakan, dan penerapan standar produk yang berkelanjutan.
PLN Indonesia Power, sebagai Subholding Pembangkitan PLN yang mengadopsi cofiring, telah mengembangkan kerjasama dengan pemangku kepentingan untuk memastikan pasokan biomassa dari kayu. Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menegaskan komitmen perusahaan dalam membangun rantai pasok biomassa dan berkolaborasi dengan petani lokal dalam program HTE.
Edwin juga menyoroti Banten sebagai salah satu fokus pengembangan HTE, di mana PLN Indonesia Power bermitra dengan Kelompok Tani Hutan untuk memanfaatkan lahan hutan rakyat dengan pola agroforestri di sekitar PLTU Banten.
Sementara itu, Direktur Operasi Pembangkit Batubara PLN Indonesia Power, Hanafi Nur Rifai, mengungkapkan bahwa PLN IP telah sukses menerapkan cofiring pada beberapa unit PLTU dan terus meningkatkan infrastruktur untuk mendukung program ini, termasuk pengembangan HTE untuk memastikan ketersediaan bahan baku biomassa yang berkelanjutan.